Kenapa Jerman?

Hai pembaca ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ Kali ini aku membuat postingan yang sedikit berbeda dan lebih berfaedah tentunya (selama ini mungkin unfaedah). Mungkin masih banyak teman-teman di luar sana yang masih bertanya dan mencari informasi seputar kuliah di Jerman. So kali ini aku bakal share beberapa informasi seputar kuliah di Jerman.

Diawali dengan tulisan pertama Kenapa Jerman? aku bakal cerita kenapa aku bisa terdampar di Jerman dan beberapa langkah-langkah untuk kuliah di sini. OK. Mari kita mulai dan selamat membaca!

Kenapa Jerman?

Sebenarnya aku pribadi memutuskan pergi ke Jerman berawal dari informasi yang aku dapatkan dari agen. Waktu itu ada agen yang promosi di sekolah dan aku tertarik, beritahu orangtua dan mereka menyetujuinya. Tentunya gak langsung setuju sih, butuh berhari-hari mendapatkan persetujuan itu. Melepas anak pertama dan gadis pula, jauh ke negeri orang, pastinya harus dipikir-pikir ulang.

Tapi, kalau aku boleh menyarankan, mending berangkat ke Jerman dengan jalur mandiri. Biayanya gak banyak walau sedikit ribet. Hehehe. Pengalaman adalah guru terbaik, nah jadi karena aku sudah mengalaminya, aku menyarankan teman-teman untuk mandiri aja, lebih banyak lagi cari-cari informasi dan dipersiapkan lebih matang, sebelum menapakkan kaki di Jerman.

Walau gitu masih tetap banyak kok sisi positif kuliah di Jerman dan aku gak akan menyesali itu walau harus berkeringat darah #lebay. 

Lalu, kenapa Jerman?

1. Biaya kuliah gratis untuk universitas negeri
Pemerintah Jerman menggratiskan biaya pendidikan termasuk untuk kuliah. Tapi, inget yaa perlu digarisbawahi, biaya kuliah gratis ini tidak berlaku di seluruh universitas yang ada di Jerman. Untuk universitas swasta tetap dikenakan biaya kuliah yang mahal dan beberapa tahun belakangan ini, negara bagian Baden Wรผrttemberg mengharuskan mahasiswa dari luar Uni Eropa untuk membayar uang kuliah. Tapi masih banyak kok universitas lain yang menggratiskan biaya kuliah.

2. Semesterticket 
Memang disini mahasiswa tidak membayar uang kuliah, tapi setiap awal semester mahasiswa membayar untuk Semerterticket. Apa itu? Semesterticket adalah tiket transportasi yang berlaku satu semester. Dengan tiket ini kita bebas untuk menggunakan transportasi sebebas mungkin tanpa harus membeli tiket lagi. Tetapi ini hanya berlaku di zona tertentu, bukan se-Jerman. Semua ini tergantung pada kebijakan universitas masing-masing. Ada yang hanya berlaku di satu kota, dua kota dan bahkan satu negara bagian. Harganya tentu juga berbeda tiap universitasnya. Contohnya di Universitas Augsburg seharga 112 Euro per semester, tetapi hanya berlaku di kota Augsburg dan desa-desa kecil di sekitarnya. 

3. Made in Germany 
Punya kebanggaan dan kepuasan tersendiri menjadi lulusan Jerman. Produk-produk yang made in Germany saja punya nilai lebih, apalagi menjadi lulusan dari salah satu universitas yang ada di negara Jerman ๐Ÿ˜‰๐Ÿ˜‰

4. Kuliah S1 di Jerman 6 semester 

Well, enggak semua jurusan juga sih yang punya jangka waktu 6 semester. Tapi, memang kebijakan di Jerman S1 itu hanya 6 semester. Cepat yaa? Iyaa saking cepatnya gitu berhasil bikin ngosngosan. Orang Jerman sendiri jarang yang tamat 6 semester apalagi mahasiswa asing seperti aku #curhat. Hahaha. Tapi untuk jurusan teknik ada yang 7-8 semester juga sih, semua tergantung pada jurusan juga.

5. Keliling Eropa

Gak munafik sih, tapi ini juga menjadi alasan dan keuntungan tersendiri. Liburan itu penting teman-teman hehe. Setelah belajar dan kerja keras apalagi untuk kamu yang juga ngejob part time. Nah dengan tinggal disini kamu bisa ke negara manapun yang kamu mau. Istilahnya sambil menyelam minum air lah, sambil belajar tapi travelling juga. Tapi yaa cek dompet lagi wkwk cukup gak tuh untuk jalan-jalan.

6. Kerja paruh waktu

Jerman bisa dibilang negara yang sangat pas untuk mahasiswa asing. Selain uang kuliahnya yang gratis, kesempatan mahasiswa untuk kerja paruh waktu disini juga lebih besar dibanding negara lain. Teman-teman bisa kerja di restaurant, supermarket, pabrik coklat, dsb. Gaji yang didapat juga lumayan banget bisa menutupi kebutuhan hidup. Untuk mencari kerjaan bisa cari infonya di kampus, website, koran atau ada agen kerja juga. Tinggal daftar ke agennya dan nanti mereka akan mencarikan kerjaan untuk kita. Tapi tentunya kalau dengan agen ada komisi juga untuk mereka hahaha. Yaa masa udah enak-enak dicariin kerjaan tapi mereka gak dapet apa-apa, gak mungkin kan.


Nah, selain beberapa alasan di atas yang sifatnya umum, aku masih punya alasan-alasan tersendiri kenapa aku merasa beruntung banget bisa kuliah di sini. Siapa sih yang gak pengen kuliah di luar negeri termasuk Jerman. Selama tinggal di Jerman banyak hal yang aku dapatkan, bisa dibilang ini lebih ke pelajaran tentang hidup dan kehidupan. Ilmu yang tidak didapat di kampus, tapi dalam keseharian.

1. Lebih menghargai pertemuan
Tinggal jauh dari orang-orang yang aku sayangi membuatku lebih bisa menghargai pertemuan. Beruntunglah jika teman-teman masih punya banyak waktu untuk bisa bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang disayang. Bagi kami yang jauh disini, jauh dari keluarga, tidak bisa pulang dan ketemu dengan mereka sesuka hati. Selain karna faktor waktu, tiket kesana kan juga gak murah ๐Ÿ˜ฃ๐Ÿ˜ฃ Baiklah disimpan saja dulu rindu ini, hingga nanti saatnya tiba bisa berkumpul lagi.

2. Lebih mandiri
Kalau boleh jujur, hidup di rantau memang membuatku lebih mandiri, apalagi rantau kali ini sangat asing bagiku, tinggal sendiri tanpa keluarga. Kebayang gak betapa ribetnya itu? Mulai daftar diri ke kantor imigrasi, pindahan cari tempat tinggal, urus kuliah, asuransi dan yang paling berasa gak enaknya itu pas jatuh sakit. Gak ada yang nemenin hehe. Biasanya kan enak yaa, kalau sakit bisa manja-manja dulu. Lah ini mau manja sama siapa? Makanya jaga kesehatan itu sangatlah penting.

3. Belajar mengatur waktu
Ini sih juga penting banget, apalagi untuk mereka yang kuliah sambil ngejob part time. Yaa bisa dibilang kadang harus mengorbankan sesuatu demi sesuatu. Kalau gak part time, financialnya lagi kacau, kalau sering part time kuliahnya rada ngesot kayak siput. Yasudah pandai-pandai mengatur waktu saja :))

4. Organisasi
Selama tinggal di Jerman alhamdulillah aku juga berkecimpung di IPMI (Ikatan Pelajar Minang Internasional) - kunjungi Instagram @ipmi_int untuk info lebih lanjut. Itu berawal dari pemikiran "Untuk apa sih jauh-jauh ke negeri orang tapi gak ada satupun yang bisa kita berikan untuk kampung halaman". Nah sejak itu mulailah dibentuk organisasi ini agar pelajar Minang bersatu demi memajukan Sumatera Barat khususnya. Selain itu aku juga menjadi bagian dari Radio PPI Dunia.  Setahun bergabung disana (dan masih berlanjut sampai saat ini) membuatku sangat beruntung. Punya teman baru, keluarga baru, berbagi informasi seputar beasiswa dan kultur budaya negara lain, karena penyiarnya ada di berbagai belahan dunia, atau...bisa menemukan belahan jiwa yang selama ini terpisahkan oleh jarak dan waktu #lebay.

5. Hijrah
Dan ini menjadi bagian terpenting dan berharga dalam sejarah. Tinggal di negara dengan Islam sebagai minoritas membuatku semakin lebih mempelajarinya. Rindu akan suara adzan yang selalu berkumandang, masjid yang ada dimana-mana, suasana lebaran yang disini terasa biasa saja. Secara pribadi, rantau membuatku semakin dekat dengan Allah. Hidup sendiri disini tanpa seorang anggota keluarga, mengharapkan segalanya memang hanya kepada Allah. Karena Allah itu dekat dan sangatlah dekat, semakin berpikiran positif dan percaya apapun yang terjadi adalah yang terbaik untuk kita.

Sekian dan terimakasih HAHAHA. Next time bakal share lagi segala informasi tentang Jerman :)) supaya lebih berfaedah gitu kan hehe.



Hi

HI. Sapaan yang melekat erat di kepalanya. Saat langit mulai gelap, perlahan memancarkan warna jingga oranye di sisi Barat. Matahari mulai menghilang disambut cahaya bulan yang malu-malu untuk menyapa.

Dia, wanita berkerudung hitam itu duduk termenung di sisi kiri gerbong, memandang jauh ke luar jendela saat sapaan itu datang.

Ah betapa beruntungnya dia. Siapa sangka sapaan itu ternyata mampu mengubah harinya. Aku masih ingat beberapa hari sebelum kejadian itu, dia hanya bisa mencoba untuk tetap menghadirkan senyum. 

Sudah lama aku berteman baik dengannya, tapi belum pernah aku dapati dia seperti itu. Bibirnya tetap menoreskan senyuman manis, tapi matanya berkata lain. Hatinya ingin memberontak, mulutnya ingin berucap hingga akhirnya bendungan di matanya pecah menyapu pipinya. Pecah! Tangisan itu pecah di setiap malam. Sudah berapa banyak air mata yang dia keluarkan saat itu.

"Kamu kuat," ucapku, "Perlahan cobalah lagi, pasti ada jalan keluarnya."

Yaa itu kejadian beberapa bulan yang lalu, hingga datanglah seseorang yang kembali membuatnya tersenyum. Mengusir mendung, mendatangkan cerah. Disepanjang harinya lelaki itu mampu membuatnya bahagia. Tidak mewah, tidak mahal, sangat sederhana. Sesederhana ucapan selamat di pagi dan malam hari. Sesederhana kejutan-kejutan darinya. 

Aku tak menyangka hal itu akan berlanjut sebahagia ini. Aku menantikan Happy Ending dari mereka berdua. Seandainya aku kenal dengan lelaki itu, ingin rasanya aku berucap padanya "Terimakasih telah menyapa teman baikku hari itu. Kamu adalah sosok lelaki impiannya, membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik."

Ah andaikan lelaki itu tahu bagaimana dia sekarang. Tidak banyak pintanya, tidak mahal inginnya. Hanya ingin lelaki itu selalu bersamanya. Ah betapa geregetannya dia saat rindu mulai datang. Ingin rasanya bertemu dan memeluk erat, tapi waktu belumlah berpihak padanya. Hanya melalui layar kecil ini dia mencoba melepas rindu. Memandangi layar yang penuh dengan foto lelaki itu. Mendengarkan suara alunan indah dari speaker kecil itu. Kemudian perlahan mulai terhanyut.

Di setiap keheningan malam namanya selalu disebut. Menyampaikan pesan rindu lewat doa. Meminta agar dia selalu baik disana. 

Hai kamu, lelaki yang dulu pernah menyapa teman baikku ini. Dia mungkin tidak semahir pujangga dalam merangkai kata romantis. Dia mungkin tidak seperti pelukis yang handal dalam melukiskan isi hatinya. Jagalah dirimu baik-baik disana, karena ada rindu yang harus dibayar tuntas. Ada perempuan yang selalu menunggu hadirmu disini, menunggu saat dimana kedua pasang mata itu kembali menatap. 

Naik dan Turun Gunung Pilatus dengan Total Waktu 13 Jam

Sejak SMA aku suka "pergi ke alam". Entah itu pergi ke gunung, goa atau hanya sekadar menginap di hutan. Tergabung dalam ekskul ...