Kalau Sudah Waktunya, Pasti Kita Bertemu

Kita tak mungkin mengenal malam tanpa adanya siang. Kita tak tahu itu terang, tanpa berkenal dengan gelap. Tak akan merasa panas jika tak bersentuhan dengan api. Layaknya perpisahan, tak akan pernah bisa dipisahkan dengan pertemuan.

Setiap waktu menyimpan keindahan yang berbeda, mempunyai alur cerita berbeda, layaknya jalanan yang penuh dengan belokan. Semuanya tergantung kepada kita. Jalanan mana yang kita lalui, belokan mana yang kita pilih.

Kala itu, kita sempat berada di jalan yang sama. Tapi ketika kita bertemu di perempatan jalan, kita terhenti sejenak, berfikir menentukan pilihan. Ke arah manakah kita selanjutnya? Setiap pilihan mempunyai rintangan, penawaran dan tujuan yang berbeda.

Sebesar apapun usaha kita untuk tetap bersama, belum tentu semua terwujud sesuai ekspektasi kita. Kita masih memilih jalan yang sama saat itu dengan tujuan akhir yang masih sama. Tapi sayang, takdir berkata lain. Kamu tak diizinkan menempuh jalan itu. Baru saja kita sama-sama melangkah, tetapi kamu harus berbelok arah. Bukan karen keinginanmu, tapi keadaan yang mengharuskan kita menempuh jalan berbeda.

Sejak saat itu, tak lagi ku dengar kabar darimu, bagaiman keadaanmu, apa yang kamu temui dan lihat sepanjang perjalanan. Kita masih di tempat yang sama, cuma dengan jalan yang berbeda. Semakin hari semakin kita menempuh jalan itu, berharap kita bertemu di persimpangan, tapi jarak semakin jauh. Jalan kita semakin tauh terpisah.

Dalam lima tahun kita benar-benar berpisah. Satupun kata tak terdengar dari mulutmu, tak lagi bisa melihat senyummu dan tak lagi bisa mendengar semua keluh kesahmu.

Tanpa kita sadari, selama lima tahun waktu berputar, tanpa disadari kita kembali bertemu, tapi kali ini dengan dunia yang berbeda. Dunia yang penuh dengan kepalsuan, yang penuh kebohongan tapi itu tak berlaku untuk kita. Setelah lima tahun, akhirnya kita mulai berbicara lagi, saling bertukar cerita.

Semua memang penuh kejutan. Tak pernah terbayang sebelumnya, kita bisa bercengkrama kembali. Bahkan kedekatan kita kali ini, lebih daripada sebelumnya, bahkan mungkin lebih jika dibandingkan dengan mereka yang berada di dunia yang sama. 

Kita terpisah oleh waktu, yap karena waktu kita sekarang berbeda. Kita terpisah oleh jarak, yap benar sekali. Jarak kita berjuta-juta kilometer, bukan lagi beda kota, pulau tapi benua. Kita berada di dua belahan bumi yang berbeda. Malam dan siangpun kita berbeda, tapi setiap harinya kita masih bersama. Ya bersama yang benar-benar bukan bersama. Bersama hanya di dunia maya. 

Hari ini kamu mengirimkan sebuah tulisan yang sangat menyentuh ku. Membuatku seketika hening dan berharap kapan kita berada di dunia nyata?

Darimu partner sejatiku. Senin, 02 Mei 2016
,, Aku menunggu hari itu. Tanpa harus memikirkan waktu, tanpa harus ada batasan waktu, aku duduk disampingmu, mendengarkan segala cerita yang kamu alami, keluh kesahmu disana tanpa kita bertatapan muka.
Menunggu dimana kita tidak punya batasan jarak karena jaringan HP, HP lowbat, kuliah dan paket mati. Namun kita duduk berdua. Aku melihat kamu dan kamu melihat aku tanpa harus ada alat yang membantu kita.
Dan tidak ada batasan perbedaan waktu, kita membuka dan menutup mata secara bersamaan.
Menunggu dimana saat matahari menyelinap masuk kedalam jendela dan aku terbangun ternyata engkau sekarang ada disampingku dengan muka polosmu yang biasanya selama ini hanya kulihat dihp, bahwa kamu sudah bangun.
Dan aku menunggu sarapan bersama. Aku melihat kamu dan kamu melihat aku.
Dan aku menunggu waktu dimana aku melintasi jalan yang selama ini kamu lalui dan kamu tempuh menuju cita-cita kamu dan jalan yang selama ini hanya kudengarkan darimu namun sekarang kita bersama-sama menjalaninya, dijalan yang sama."

Dan untukmu partner sejatiku:
,,Aku juga menunggu hari itu. Hari dimana kita berada di tempat yang sama, kita berpapasan langsung, saling bertatap muka dan satu reaksi yang terpancar, senyummu yang nyata, bukan lagi sekedar foto yang biasanya kita bagi. Kita berlari, kamu memeluk ku dan aku juga memeluk kamu. Kita berteriak dengan girangnya. Berjalan, menuju sebuah tempat yang sangat tenang. Saling bercerita, menceritakan pengalaman masing-masing. Menceritakan apa yang selama ini belum bisa diungkapkan, karena memang benar tak semuanya bisa terungkap di dunia yang tak nyata ini. Betapa rindunya aku, betapa aku ingin berada di dekatmu disaat aku tertawa dan menangis, Tak cukup hanya dengan kata-kata, tak lagi saling memandangi layar."


Naik dan Turun Gunung Pilatus dengan Total Waktu 13 Jam

Sejak SMA aku suka "pergi ke alam". Entah itu pergi ke gunung, goa atau hanya sekadar menginap di hutan. Tergabung dalam ekskul ...